Sultan
Maulana Hasanuddin adalah putera dari Syaikh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung
Djati) dan Nyi Kawunganten (Putri Prabu Surasowan),
Prabu
Surasowan wafat, namun kini pemerintahan banten di wariskan kepada anaknya,
yakni Arya Surajaya (Prabu Pucuk Umun), di mana pada masa itu Arya Surajaya
menganut Agama Hindu, pada pemerintahan Arya Surajaya, sedangkan Syaikh Maulana
Hasanuddin membawa misi dakwah Islam.
Hubungan
antara Prabu Pucuk Umun dan Sultan Maulana Hasanuddin sangatlah buruk yang
tidak di pahami oleh Masyarakat,
Prabu Pucuk
Umun tetap bersikukuh untuk mempertahankan Ajaran Sunda Wiwitan (agama Hindu
sebagai agama resmi di Pajajaran) di Banten, namun tidak sedemikian dengan
Syaikh Maulan Hasanuddin, beliau terus melanjutkan Dakwah Islam dengan Lancar.
Singkat
cerita Prabu Pucuk Umun menantang Syaikh Maulana Hasanuddin untuk berperang,
namun bukan berperang untuk duel, namun beradu Ayam, karna jika berperang
secara duel akan menimbulkan korban yg banyak, itulah alasan Prabu Pucuk Umun
mengapa berperang beradu ayam karna tidak ingin menimbulkan banyak korban.
berikut
ilustrasi percakapan tersebut ;
“Wahai, Mualana Hasanuddin. Jika kamu
ingin menyebarkan Islam di daerah Banten, kalahkan dulu ayam jagoku! Jika kamu
berhasil memenangkan pertarungan ini, jabatanku sebagai Bupati Banten Girang
akan kuserahkan kepadamu. Tapi ingat, jika kamu yang kalah, maka kamu harus
menghentikan dakwahmu itu,” kata Prabu Pucuk Umum.
“Baiklah, kalau itu yang Prabu
inginkan. Hamba menerima tantangan itu,” jawab Maulana Hasanuddin.
Prabu Pucuk
Umun memilih tempat adu kesaktian Ayam di Lereng Gunung Karang, karna di anggap
sebagai tempat yang netral, pada waktu yang di tentukan Kedua Pihak pun
beramai-ramai mendatangi lokasi,
Setiba di
arena pertarungan, Prabu Pucuk Umun mengambil tempat di tepi utara arena dengan
mengenakan pakaian hitam-hitam, rambut gondrong sampai leher, dan mengenakan
ikat kepala. Sementara itu, Syaikh Maulana Hasanuddin tampak berdiri di sisi
selatan arena dengan mengenakan jubah dan sorban putih di kepala.
Ayam Pucuk
Umun berpamor besi baja, air raksa, berinti besi berani, dan diberi nama Jalak Rarawe. Sedangkan ayam Molana
Hasanudin merupakan penjelmaan jin. Ayam putih ini berasal dari serbannya yang
dihentakkan sekali dan diberi nama Jalak
Putih.
Kedua jenis
ayam ini mencerminkan sifat masing-masing pemiliknya.
Jalak Rarawemerupakan
ayam yang terlihat sangat garang sebagai cerminan bahwa Prabu Pucuk Umun
memiliki sifat dendam kesumat. Sementara itu,
Jalak
Putih kelihatan tenang dan sabar yang mencerminkan keluhuran budi pekerti
yang dimiliki oleh Maulana Hasanudin.
Sebelum
pertarungan dimulai, kedua ayam jago dibawa ke tengah arena. Kedua ayam jago
tersebut masih berada di dalam kandang anyaman bambu. Ayam jago milik Prabu
Pucuk Umun telah diberi ajian otot kawat tulang besi dan di kedua tajinya
dipasangi keris berbisa. Sementara ayam milik Maulana Hasanuddin tidak
dipasangi senjata apapun, tapi tubuhnya kebal terhadap senjata tajam. Ayam itu
telah dimandikan dengan air sumur Masjid Agung Banten. Pada saat ayam itu
dimandikan, dibacakan pula ayat-ayat suci Alquran.
Konon
menurut legenda, ayam jago milik Maulana Hasanuddin adalah penjelmaan salah
seorang pengawal sekaligus penasehatnya yang bernama Syekh Muhammad Saleh. Ia
adalah murid Sunan Ampel dan tinggal di Gunung Santri di Bojonegara, Serang.
Karena ketinggian ilmunya dan atas kehendak Allah, ia mengubah dirinya menjadi
ayam jago.
Akhirnya
pertarungan tersebut di mulai, dari kedua belah pihak saling memberikan
semangat kepada jagoannya masig-masing.
Tiba-tiba
ayam jago Pucuk Umun jatuh terkulai di tanah dan meregang nyawa. Rupanya ayam
jago itu terkena tendangan keras ayam jago Maulana Hasanuddin. Para pendukung
Pucuk Umun pun menjadi bungkam, sedangkan pendukung Syaikh Maulana Hasanuddin
melompat kegirangan sambil meneriakkan:
“Allahu
Akbar! Hidup Syaikh Maulana Hasanuddin! Hidup Syariat Islam!”
Dalam
pertandingan itu, Jalak Rarewe dapat dikalahkan oleh alak Putih dan
bertepatan dengan kekalahan itu, si Jalak Putih kembali kepada wujud
aslinya.
Melihat
kejadian itu, Prabu Pucuk Umun sangat kaget dan berseru “Ketahuilah Hasanudin
bahwa kekalahanku kali ini hanya merupakan sebagian terkecil dari seluruh
kesaktianku dan aku belum menyerah kalah, apabila kau sanggup susullah aku”.
Akibat
kekalahan yang dialami oleh Prabu Pucuk Umun dalam pertandingan "adu
jago", ia tidak tinggal diam untuk menyerah, namun tetap ia mengambil
langkah berikutnya, sehingga ia menyatakan perang. Pernyataan perang ini pun
ditanggapi oleh Sultan Maulana Hasanudin. Memang Prabu Pucuk Umun dasarnya lagi
naas, apapun yang ia lakukan mendapat kegagalan, kalah dalam pertempuran
melawan Sultan Maulana Hasanudin, bersama Syeikh Muhammad Sholeh. Pasukan
Pajajaran mundur ke arah selatan, bersembunyi di Pulo Sari Rangkasbitung Kab. lebak,
dan mereka itu sekarang dikenal dengan Suku Baduy.
2 komentar:
Assalamu'alaikum, kang kira2 dimanakah lokasi pastinya bekas pertarungan ayam jalak putih dan jalak rawi, ingin sekali mendatangi lokasi tersebut menelusuri jejak sejarah.
Saran sy sih datangi dl sja makam Ki soleh yg brada d puncak gnung santri. Sxan ziarah
Posting Komentar