Mengenai Saya

Foto saya
Assalamualaikum,..

Kamis, 23 Januari 2014

PERTARUNGAN AYAM JAGO JALAK PUTIH VS JALAK RARAWE SULTAN MAULANA HASANUDDIN VS ARYA SURAJAYA (PRABU PUCUK UMUN).




Sultan Maulana Hasanuddin adalah putera dari Syaikh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Djati) dan Nyi Kawunganten (Putri Prabu Surasowan),

Prabu Surasowan wafat, namun kini pemerintahan banten di wariskan kepada anaknya, yakni Arya Surajaya (Prabu Pucuk Umun), di mana pada masa itu Arya Surajaya menganut Agama Hindu, pada pemerintahan Arya Surajaya, sedangkan Syaikh Maulana Hasanuddin membawa misi dakwah Islam.

Hubungan antara Prabu Pucuk Umun dan Sultan Maulana Hasanuddin sangatlah buruk yang tidak di pahami oleh Masyarakat,

Prabu Pucuk Umun tetap bersikukuh untuk mempertahankan Ajaran Sunda Wiwitan (agama Hindu sebagai agama resmi di Pajajaran) di Banten, namun tidak sedemikian dengan Syaikh Maulan Hasanuddin, beliau terus melanjutkan Dakwah Islam dengan Lancar.

Singkat cerita Prabu Pucuk Umun menantang Syaikh Maulana Hasanuddin untuk berperang, namun bukan berperang untuk duel, namun beradu Ayam, karna jika berperang secara duel akan menimbulkan korban yg banyak, itulah alasan Prabu Pucuk Umun mengapa berperang beradu ayam karna tidak ingin menimbulkan banyak korban.

berikut ilustrasi percakapan tersebut ;
“Wahai, Mualana Hasanuddin. Jika kamu ingin menyebarkan Islam di daerah Banten, kalahkan dulu ayam jagoku! Jika kamu berhasil memenangkan pertarungan ini, jabatanku sebagai Bupati Banten Girang akan kuserahkan kepadamu. Tapi ingat, jika kamu yang kalah, maka kamu harus menghentikan dakwahmu itu,” kata Prabu Pucuk Umum.
“Baiklah, kalau itu yang Prabu inginkan. Hamba menerima tantangan itu,” jawab Maulana Hasanuddin.

Prabu Pucuk Umun memilih tempat adu kesaktian Ayam di Lereng Gunung Karang, karna di anggap sebagai tempat yang netral, pada waktu yang di tentukan Kedua Pihak pun beramai-ramai mendatangi lokasi,
Setiba di arena pertarungan, Prabu Pucuk Umun mengambil tempat di tepi utara arena dengan mengenakan pakaian hitam-hitam, rambut gondrong sampai leher, dan mengenakan ikat kepala. Sementara itu, Syaikh Maulana Hasanuddin tampak berdiri di sisi selatan arena dengan mengenakan jubah dan sorban putih di kepala.

Ayam Pucuk Umun berpamor besi baja, air raksa, berinti besi berani, dan diberi nama Jalak Rarawe. Sedangkan ayam Molana Hasanudin merupakan penjelmaan jin. Ayam putih ini berasal dari serbannya yang dihentakkan sekali dan diberi nama Jalak Putih.

Kedua jenis ayam ini mencerminkan sifat masing-masing pemiliknya. 
Jalak Rarawemerupakan ayam yang terlihat sangat garang sebagai cerminan bahwa Prabu Pucuk Umun memiliki sifat dendam kesumat. Sementara itu,
Jalak Putih kelihatan tenang dan sabar yang mencerminkan keluhuran budi pekerti yang dimiliki oleh Maulana Hasanudin.

Sebelum pertarungan dimulai, kedua ayam jago dibawa ke tengah arena. Kedua ayam jago tersebut masih berada di dalam kandang anyaman bambu. Ayam jago milik Prabu Pucuk Umun telah diberi ajian otot kawat tulang besi dan di kedua tajinya dipasangi keris berbisa. Sementara ayam milik Maulana Hasanuddin tidak dipasangi senjata apapun, tapi tubuhnya kebal terhadap senjata tajam. Ayam itu telah dimandikan dengan air sumur Masjid Agung Banten. Pada saat ayam itu dimandikan, dibacakan pula ayat-ayat suci Alquran.
Konon menurut legenda, ayam jago milik Maulana Hasanuddin adalah penjelmaan salah seorang pengawal sekaligus penasehatnya yang bernama Syekh Muhammad Saleh. Ia adalah murid Sunan Ampel dan tinggal di Gunung Santri di Bojonegara, Serang. Karena ketinggian ilmunya dan atas kehendak Allah, ia mengubah dirinya menjadi ayam jago.

Akhirnya pertarungan tersebut di mulai, dari kedua belah pihak saling memberikan semangat kepada jagoannya masig-masing.

Tiba-tiba ayam jago Pucuk Umun jatuh terkulai di tanah dan meregang nyawa. Rupanya ayam jago itu terkena tendangan keras ayam jago Maulana Hasanuddin. Para pendukung Pucuk Umun pun menjadi bungkam, sedangkan pendukung Syaikh Maulana Hasanuddin melompat kegirangan sambil meneriakkan:

“Allahu Akbar! Hidup Syaikh Maulana Hasanuddin! Hidup Syariat Islam!”


Dalam pertandingan itu, Jalak Rarewe dapat dikalahkan oleh alak Putih dan bertepatan dengan kekalahan itu, si Jalak Putih kembali kepada wujud aslinya.
Melihat kejadian itu, Prabu Pucuk Umun sangat kaget dan berseru “Ketahuilah Hasanudin bahwa kekalahanku kali ini hanya merupakan sebagian terkecil dari seluruh kesaktianku dan aku belum menyerah kalah, apabila kau sanggup susullah aku”.

Akibat kekalahan yang dialami oleh Prabu Pucuk Umun dalam pertandingan "adu jago", ia tidak tinggal diam untuk menyerah, namun tetap ia mengambil langkah berikutnya, sehingga ia menyatakan perang. Pernyataan perang ini pun ditanggapi oleh Sultan Maulana Hasanudin. Memang Prabu Pucuk Umun dasarnya lagi naas, apapun yang ia lakukan mendapat kegagalan, kalah dalam pertempuran melawan Sultan Maulana Hasanudin, bersama Syeikh Muhammad Sholeh. Pasukan Pajajaran mundur ke arah selatan, bersembunyi di Pulo Sari Rangkasbitung Kab. lebak, dan mereka itu sekarang dikenal dengan Suku Baduy.


2 komentar:

Unknown mengatakan...

Assalamu'alaikum, kang kira2 dimanakah lokasi pastinya bekas pertarungan ayam jalak putih dan jalak rawi, ingin sekali mendatangi lokasi tersebut menelusuri jejak sejarah.

Unknown mengatakan...

Saran sy sih datangi dl sja makam Ki soleh yg brada d puncak gnung santri. Sxan ziarah